Translate

Selasa, 11 November 2014

TAMBUA TANSA

Lokasi : Kecamatan Tanjung Raya
Tambua Tansa merupakan alat musik gendang tradisional Minang Kabau. Alat ini di tabuh oleh Minimal 4 (empat ) orang penabuh dengan pakaian adat Minangkabau. 
Selain itu Tambua Tansa biasanya juga di iringi ole alat musik lain seperti Talempong, pupuik tanduak  / sarunai dan juga pupuik batang padi. Dengan alat ini maka bunyi Tambua Tansa  akan semakin ramai.




Tambua  yang terbuat dari tabung kayu berukuran besar. Tingginya sekitar 40 – 50  cm dengan garis tengah  35 – 45 cm. Untuk ketebalan kayu dapat divariasi agar tercipta bunyi-bunyian yang berbeda. Namun, biasanya berukuran 1,5 sentimeter sehingga terdengar bunyi nyaring dari kapsul kayu itu.

Tabung itu ditutup dengan kulit kambing pada kedua sisi yang dikencangkan lilitan tali.
Tansa berupa bejana berbentuk kuali dengan diameter 14 inch. terbuat bahan alumunium yang permukaannya ditutup kulit tipis, pada awal perkembangan tambua tansa dipakai kulit kijang, namun sesuai dengan perkembangan zaman, kulit kijang sudah mulai tidak pakai lagi, saat ini tansa memakai mika plastic / drum head. Alat ini digunakan sebagai pemandu pukulan pemegang Tambua juga sebagai komando dalam pergantian lagu, mulai dan selesai. "Kalau didengar, perpaduan dua alat musik itu tercipta paduan bunyi yang harmoni ( serasi, seimbang, selaras, senada dan seirama). Tambua Tansa berfungsi untuk mengumpulkan orang banyak, biasanya pada acara gorong royong, alek nagari, dalam alek ( pesta ) perkawinan, tambua tansa begitu penting, sebagai penyemarak suasana. Suasana alek akan terasa hambar tanpa gemuruhnya bunyi tambua tansa.

Tambua Tansa juga dimanfaatkan untuk menyambut tamu kehormatan. Biasanya dalam kunjungan pejabat ke daerah. Di Kabupaten Agam, Tambua Tansa pertama kali berkembang di Batu Hampa Kecamatan Lubuk Basung, dikarenakan masyarakat Batu Hampa mayoritas berasal dari Salingka Danau Maninjau, Tambua Tansa mulai di kenal oleh masyarakat di Kecamatan Tanjung Raya.
Bahkan saat ini Tambua Tansa berkembang pesat dan membudaya di masyarakat salingka Danau Maninjau bila di bandingkan di Batu Hampa dan daerah lain seperti Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Matur, Kecamatan Palembayan,  Kecamatan Malalak, Kecamatan Baso dan Kecamatan Palupuh.



Tambua Tansa di Kabupaten Agam mempuyai beragam lagu dan motif pukulan seperti : 



1. Lagu Wajib :

Lagu Atam terbagi menjadi
a.    Atam Sikapak
b.    Atam Pariaman

2. Lagu Pilihan  :

a.    Sikapak Bayang dengan  6  tanggak / motif pukulan.
b.    Panggang Kakok dengan  7  tanggak / motif pukulan..
c.    Siamang Tagagau dengan 7 tanggak / motif pukulan.
d.    Rapaih dengan …tanggak / motif pukulan.
e.    Tokok Balua dengan 8 tanggak / motif pukulan.
f.     Puta Dadu dengan 6 tanggak / motif pukulan.
g.    Drumband dengan 6 tanggak / motif pukulan.
h.    Duo Baleh dengan 12  Tanggak / motif pukulan.
i.     Madayan dengan 4 tanggak / motif pukulan.
j.     Mars sabaleh dengan 11 tanggak / motif pukulan

3.    Lagu Bebas

a.    Tokok Aguang
b.    Tokok Lasuang
c.    Oyak Tabuik
d.    Dll.

SIMUNTU

Lokasi : Kecamatan Tanjung Raya

Tidak ada yang tahu dari mana dan siapa yang mencetuskan apa itu simuntu. Ada kemiripan dengan tradisi Halloiueen di negeri Barat sana. Bedanya, dandanan anak-anak bule itu merefleksikan berbagai hantu yang menyeramkan
sedang-kan simuntu justru menunjukkan kreativitas Anak Nagari Salingka Danau Maninjau Kec. Tanjung Raya Kabupaten Agam Sumatera Barat dalam memposisikan hantu sebagai penyenang hati.




Kehadiran simuntu mengajarkan kepada anak-anak bahwa hantu itu tak ada. Yang ada hanya sebuah sosok yang didandani sejelek mungkin. Sehingga, esensi rasa takut bagi anak-anak teralih kepada sesuatu yang nyata.
Festival simuntu biasanya dilakukan setelah salat Idul Fitri atau Idul Adha dengan ritual rias yang menyeramkan bagi anak-anak, namun mengundang senyum para orang tua yang melihat anak-anak berpakaian seram datang ke rumah-rumah mereka

Biasanya seluruh tubuh simuntu dibungkus daun kering ( Ijuak, Karisiak dan lain-lain). Anak-anak merangkainya menjadi pakaian utuh, mulai baju hingga celana
Tak sedikit pun bagian tubuhnya yang kelihatan. Sementara mukanya ditutupi dengan topeng yang dibuat dari kertas kardus bekas yang kemudian dilukis seseram mungkin. Misalnya dengan menampilkan wajah binatang seperti serigala, atau sosok lain yang mereka bayangkan. Tapi, beberapa simuntu ada yang memakai sebo, penutup kepala.




Setelah selesai berdandan, simuntu akan diarak teman-temannya. Sambil menabuh empat sampai sembilan tambur dan tansa, mereka mendatangi rumah-rumah penduduk. Jalan mereka dibuat seperti gorila raksasa diiringi tarian jenaka.
Jika telah mendengar bunyi tambur bertabuh-tabuh, orang-orang akan berdiri di pintu memegang uang receh. Saat sampai di pintu sebuah rumah, simuntu akan menari-nari sehingga melahirkan suara gesekan bulu-bulunya yang lebat. Tarian itu berlangsung sampai si empunya rumah memasukkan uang receh ke kantong plastik besar yang tergantung di leher Simuntu.

Festival arak-arakan simuntu menambang, minta sumbangan, dimulai dari kantor wali nagari. Semua perkakas seperti tambur, tansa, akan disimpan di kantor pemuda, untuk dipakai esok hari. Setiap hari biasanya ada empat sampai enam simuntu yang memeriahkan lebaran. Mereka mendatangi setiap rumah meminta sumbangan, dan biasanya uang terkumpul digunakan untuk kegiatan kepemudaan, masjid, atau membantu masyarakat yang terkena musibah


TALEMPONG AGUANG / UWAIK-UWAIK

Lokasi : Kecamatan Tanjung Raya

Talempong Aguang atau Talempong Uwaiak - Uwaiak adalah seni tradisi Kabupaten Agam yang sudah mulai langka, seni ini  hanya dapat di temui di Enam Koto Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam ( Nagari Koto Kaciak, Koto Malintang, Koto Gadang, Paninjauan dan Duo Koto ) dan beberapa daerah di Kecamatan lain seperti Kecamatan Matur dan Palembayan.
Peralatan yang di gunakan pada talempong aguang ini seperti 5 – 6 Buah , 1 buah Aguang / Gong,  Gendang dan peralatan pendukung lain seperti Lesung, Botol atau peralatan dapur lainnya.




Gong (aguang dimainkan dengan menggunakan dua alat penabuh, pertama metal seperti sendok makan atau kayu dan penabuh lainnya adalah buah nangka yang berukuran lebih dari satu kepalan tangan, Pola permainan 1 buah gong dalam ensambel talempong duduak ini membuat pola ritme sendiri yang dapat digunakan hampir untuk semua repetoar. Yang menarik dan spesifik adalah perkawinan hasil bunyi penabuh sendok dan buah nangka mengesankan ada dua buah gong yang dimainkan.)

Alat musik pengiring yang agak spesifik hadir dalam ensambel talempong Aguang  memperkuat ritme gendang dan melodi talempong. Dalam hal ini, ritme Alat musik pengiring sejalan dengan ritme gendang serta melodi talempong. Alat musik botol yang digunakan dalam ensambel lebih bersifat pengatur tempo, sedangkan gong memberi tekanan pada ritme gendang.

Talempong Aguang biasa di mainkan untuk penyemarak Alek Perkawinan dan ini pun biasaya di mainkan oleh kaum ibu ( Uwaiak – Uwaiak ) sembari memasak di dapur / tungku sambil menunggu nasi dan sambal masak, mereka bergembira sambil menari dan bercanda ria dengan menggunakan properti peralatan dapur menambah riuh permainan talempong aguang ini.

Tiap daerah di Enam Koto mempunyai lagu talempong yang berbeda, seperti Cancang Rabuang, Ratok Tirama, Singgalang Jaya dan lain sebagainya. Untuk melestarikan seni tradisi ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Agam mengadakan festival atau pertandingan Talempong Aguang agar seni ini tidak hilang dan kembali memasyarakat di Kabupaten Agam


TAMBUA PUPUIK BATANG PADI

Lokasi : Kecamatan Tanjung Raya.

Tambua Pupuik Batang Padi merupakan alat musik gendang tradisional Minang Kabau khusunya di Kabupaten Agam. Tambua Pupuik Batang Padi dimainkan oleh Minimal 10 (sepuluh) orang penabuh dengan pakaian adat Minangkabau.



Peralatan yang digunakan dalam Tambua Pupuik Batang Padi adalah :

1.        Tambua minimal 7 (tujuh ) buah.

Tambua terbuat dari tabung kayu berukuran besar. Tingginya sekitar 40 – 50  cm dengan garis tengah  35 – 45 cm. Untuk ketebalan kayu dapat divariasi agar tercipta bunyi-bunyian yang berbeda. Namun, biasanya berukuran 1,5 sentimeter sehingga terdengar bunyi nyaring dari kapsul kayu itu. Tabung itu ditutup dengan kulit kambing pada kedua sisi yang dikencangkan lilitan tali.
Dalam setiap permaianan, bila tambua  berjumlah 7 buah , maka 4 buah tambu  di pukul dengan nada dasar ( umpang – umpang ), dan 3 tambua di pukul untuk meningkah, bila tambua  berjumlah 9 buah , maka 5 buah tambua  di pukul dengan nada dasar ( umpang-umpang ), dan 4 tambua di pukul untuk meningkah.
Menurut pameo orang tua dulu, jumlah tambua tidak boleh genap melaikan ganjil.

2.        Talempong  2 (dua ) pasang.

adalah sebuah alat musik pukul khas suku bangsa Minangkabau. Bentuknya hampir sama dengan instrumen bonang dalam perangkat gamelan. Talempong dapat terbuat dari kuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu. Saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak digunakan. Talempong ini berbentuk bundar pada bagian bawahnya berlobang sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai tempat untuk dipukul. Talempong memiliki nada yang berbeda-beda. Bunyi dihasilkan dari sepasang kayu yang dipukulkan pada permukaannya.

3.        Kitak / Gadabiak.

Sejenis rapaih / rebana namun berbeda biasanya, bubutan kayu pada kitak serta ketebalan tabung agak lebih dibanding dengan rebana.

4.        Pupuik Batang Padi.



Alat tiup yang terbuat dari jerami yang dibuat khusus, untuk pelantang suara pupuik digunakan jalinan daun kelapa berbentuk kerucut ( seperti terompet ). Pupuik ini merupakan komando mulai dan selesai serta mengatur tempo permainan tambu untuk menciptakan permainan yang harmoni.
Tambua Pupuik Batang Padi biasa digunakan  untuk Maharak Anak Daro / Marapulai pada prosesi adat perkawinan di Kabupaten Agam. Tambua ini tidak dimiliki oleh seluruh  kecamatan yang ada di Kab. Agam. Cabang seni ini hanya dapat di Jumpai di Kecamatan Tanjung Raya, Matur dan Palembayan.


LUBANG JEPANG (BUNKER) SUNGAI SARIAK

Lokasi : Jorong Sungai Sariak, Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Baso.

Bangunan ini berada  sekitar 15 m dari sisi Selatan jalan raya Baso – Bukittinggi. Tepatnya berada di seberang jalan SMP Negeri I Baso. Bentuk bangunan seperti bentuk banteng Jepang Tiku I, tetapi tidak teratur sudut-sudutnya. Pada bagian yang menonjol merupakan pintu masuk, berada di sisi barat laut. Ukuran bagian terpanjang dari pintu masuk sampai sudut paling belakang adalah 9 m dan bagian terlebarnya 7,5 m dengan tinggi permukaan yang sekarang 1,5 m pada bagian depan (pintu). Pintu masuk berukuran tinggi 1,3 m, lebar 2 m, dan tebal dinding pintu 0,3 m. Untuk masuk ke ruangan dalam harus membungkuk karena tingginya sama dengan tinggi pintu masuk. Dari pintu masuk berjarak 1,3 m ke arah kanan terdapat sebuah ruangan tertutup dengan pintu masuk berukuran lebar 0,8 m. Ruangan kecil ini berukuran 2x1,5 m.
Ruangan dalam merupakan satu kesatuan dengan lorong pintu masuk berupa ruangan terbuka dengan panjang dari pintu masuk sekitar 5,5 m dan lebar 4 m. Bentuk ruangan menyudut tidak baraturan. Pada bagian belakang terdapat lubang dengan ukuran dalam (tebal) 1 m, panjang 2, 9 m, dan tinggi 0,55 m. Lubang ini dipisahkan oleh sebuah dinding yang berada di tengah agak ke belakang yang juga merupakan bagian yang menonjol dari bangunan utamanya.
Ukuran bagian yang menonjol adalah panjang 0,9 m dan lebar 0,6 m (pada bagian yang sempit sejajar dengan dinding bangunan), dan 0,8 m (pada bagian yang lebar/paling ujung). Tinggi bagian yang menonjol dari permukaan tanah yang sekarang adalah 1 m. Pada bagian sudut yang sejajar dengan dinding pada sisi kanan dan kiri, masih tersisa lubang bekas tiang kayu. Demikian juga pada pintu masuk, pintu ruang bilik, dan sudut-sudut bangunan sisi dalam.


Masjid Raya Bayur (Bayua) Maninjau



Masjid Raya Bayur merupakan salah satu masjid tua yang terdapat di sekitar Danau Maninjau. Terletak di jorong kenagarian bayur, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatra Barat yang dibangun pada awal abad ke-20.
Untuk akses kesana pengunjung bisa menggunakan mobi, ataupun motor. Lokasi masjid ini tidak begitu jauh dari jalan raya yang menghubungkan Kota Lubuk Basung (Ibu Kota Kabupaten Agam) dengan Kota Bukittinggi.



Kalau jarak dari bukittingi sekitar 60 km, dan jarak dari lubuk basung (ibu kota kabupaten agam) 20 km. Sedangkan jarak dari Bandar udara Internasional Minangkabau (BIM) 96 km.
Pada awal tahun 2000 masyarakat setempat merenovasi mesjid secara menyeluruh. Keistimewaan mesjid ini setelah di renovasi, bangunan mesjid ini nampak indah dengan perpaduan dengan arsitektur pagota yang ada di thailand dan gonjong rumah gadang bagunan khas masyarakat minangkabau.


Pesona lain yang dapat di nikmati oleh pengunjung adalah hamparan indah pemandangan pesona danau maninjau. Sembari berkunjung ke mesjid raya bayur, para pengunjung juga bisa menyempatkan diri melihat dari dekat keindahan danau maninjau atau menyaksikan aktivitas para nelayan di kala pagi dan sore hari.

Rabu, 05 November 2014

Festival Muharram


HUT Kepindahan Ibu Kota Kabupaten Agam


Event Marapi EXPO


Event Festival Pantai Bandar Mutiara


Event Paralayang


Kacang Matur

Kacang Matur dapat anda dapatkan di sepanjang jalan raya Matur - Bukittinggi. Kacang Matur ini beda dengan kacang yang lain, dan Kacang Matur ini terkenal dengan rasnya yang Khas.








Kolak, Cendol, dan Kripik Labu Matur

Kolak, Cendol, dan Kripik Labu Matur adalah Kuliner Khas Kecamatan Matur, Kabupaten Agam.
Kuliner ini sudah tercantum di Rekor MURI.


Kolak Labu


Cendol Labu


Keripik Labu

Palai Rinuak Maninjau

Palai Rinuak adalah Kuliner Khas Danau Maninjau.






Pensi Maninjau

Pensi maninjau adalah Kuliner Khas Danau Maninjau.

Pensi Maninjau

Tumis Pensi

Gulai Itiak Lado Hijau

Gulai Itiak Lado Hijau adalah Kuliner Khas Koto Gadang, Kabupaten Agam.







Gulai Kapalo Lauak Tiku

Gulai Kapalo Lauak Tiku ini bisa anda dapatkan di Tiku, Kecamatan Tanjung Mutiara, Kabupaten Agam. Selain rasa Gulai Kapalo Lauak yang enak dan lezat, Gulai Kapalo Lauak Tiku ini sudah tercatat pada Museum Rekor Indonesia yang sekarang telah berganti nama dengan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).





Event Motor Trabas

Event Motor Trabas, kegiatan Event Motor Trabas ini merupakan lomba ketangkasan mengendarai motor trail dengan rute menyelusuri bukit berbatuan, jalan berlumpur, sungai, lereng, dan lembah. Peserta Event ini adalah para pengendara yang memiliki keahlian khusus dan fisik yang prima karena rute yang dilalui cukup berbahaya dan penuh resiko dan tantangan dengan Lokasi di Kecamatan IV Koto dan Kecamatan Lubuk Basung.





Pusat Kerajinan Amai Setia

Lokasi : Koto Gadang, Kabupaten Agam.


Pusat Kerajinan Amai Setia

Yayasan Kerajinan Amai Setia didirikan oleh Rky. Rohana Kudus pada tanggal 11 Februari 1911, sebagai tempat belajar bagi kaum perempuan. Disini, yang dulunya bernama Sekolah Kerajinan Amai Setia, kum perempuan diajarkan berbagai seni kerajinan menjahit, menyulam, merenda, tulis baca, ilmu hitung, dan ilmu agama. Rohana Kudus, juga sering disebut sebagai Kartini-nya Sumatera Barat, membuka peluang bagi kaum perempuan terhadap pendidikan dan memberikan mereka kesempatan untuk berkarya tanpa harus selalu tunduk pada diskriminasi.



manyulam


kerajinan perak koto gadang



Selasa, 04 November 2014

Tour de Singkarak

Tour de Singkarak adalah  kejuaran balap sepeda resmi dari Persatuan Balap Sepeda Internasional (Union Cycliste International) yang diselenggarakan setiap tahun di Sumatera Barat. Kejuaran yang pertama kali diselenggarakan pada tahun 2009 ini merupakan balapan jalan raya jarak jauh yang umumnya diadakan setiap Bulan Juni, para peserta event Tour de Singkarak ini terdiri dari beberapa Negara dan Kabupaten / Kota se Sumatera Barat. Kejuaraan ini telah menjalin kerjasama dengan Amaury Sport Organisation yang menjadi penyelenggara Tour de France di Perancis.



Kabupaten Agam sudah tahun ke 4 dilalui rute Tour de Singkarak dan pada tahun 2010 sudah pernah mendapat Tuan Rumah Start Tour de Singkarak yang berlokasi di Muko - Muko, Kecamatan Tanjung Raya.

Event Tour De Antokan Agam




Tour De Antokan Agam, merupakan sepeda santai (fun bike) dengan rute 38 km seputaran Kota Lubuk Basung. Tujuan Tour De Antokan Agam ini di adakan di samping memasyarakatkan olahraga sepeda tanpa polusi, juga bertujuan agar para peserta dapat mengenal wilayah Kota Lubuk Basung secara dekat dan disamping itu berwisata alam, karena rute yang dilalui menelusuri perkampungan masyarakat, menelusuri perkebunan kelapa, hamparan persawahan yang luas serta dapat menikmati kuliner disepanjang rute yang di lalui seperti : goreng pisang, bakwan, miso, minuman air kelapa muda, air tebu asli, jus buah, dll.




Sehingga dari kegiatan Tour De Antokan Agam ini, dapat berkembangnya ekonomi masyarakat dan timbul minat masyarakat untuk berusaha lebh giat lagi untuk kegiatan masyarakat.

Event Minat Khusus / Buru Babi



Event minat khusus / buru babi, merupakan kegiatan minat khusus yang telah menjadi tradisi masyarakat Kabupaten Agam, termasuk diminati oleh masyarakat di luar Kabupaten Agam. Event minat khusus ini di jadikan ajang olahraga buru babibagi para peminat nya. Di Kabupaten Agam ada 7 lokasi / Kecamatan tempat melaksanakan event ini antara lain Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Palembayan, Kecamatan Matur, Kecamatan Malalak, dan Kecamatan IV Koto.




Dari event ini para wisatawan dapat menikmati alam hutan yang masih hijau menyejukan disamping dapat menyaksikan anjing-anjing terlatih memburu mangsanya yakni babi hutan, dimana anjing-anjing tersebut berebutan dan mendemonstrasikan ketangkasannya menangkap babi hutan.

OFFROAD



Offroad bertaraf nasional bertajuk “Lintang Enam Harimau Agam Offroad Warrior Series 2012” pernah diselenggarakan di atas medan ekstrem yang terhampar luas di Lubuk Basung, Kabupaten Agam, dari 22-24 Juni 2012, untuk mengejar poin tertinggi dalam olahraga tersebut.

Ada dua kelas perlombaan, yakni kelas A untuk jip bermesin di bawah 2.500 cc dan kelas B untuk mesin di atas 2.500 cc. Setiap kelas disiapkan hadiah uang dan tropi untuk juara I hingga III. Selain itu, juga ada kejuaraan team yang menjadi favorit dan bergengsi bagi para offroader.

Para peserta  berasal dari daerah Pekanbaru, Duri, Kerinci, Sidempuan, dan Bengkulu. Sedangkan dari Suar, yakni Padang, Solok, Padang panjang, Payakumbuh dan Pasaman. 

Pelepasan peserta dilakukan langsung Bupati Agam Indra Catri di Garadahan, Lubuk Basung. Usai dilepas, semua peserta menuju perbukitan Garadahan untuk menuntaskan etape Country Road (CR). 




MASJID BINGKUDU

Lokasi : Jorong Bingkudu, Nagari Canduang Koto Laweh, Kecamatan Candung.

Menurut masyarakat setempat Masjid Bingkudu dibangun pada tahun 1823 M atau awal abad ke-19 oleh Haji Salam, Lareh Canduang yang bergelar Inyiak Basa.  Masjid Raya Bingkudu merupakan masjid tertua dan terbesar di daerah tersebut yang terletak di Jorong Bingkudu. Lokasi pendirian masjid, merupakan hasil kesepakatan dari 4 delegasi yang mewakili daerah sekitar Bingkudu.
Pada mihrab terdapat tulisan menggunakan huruf Arab dan Latin yang menunjukkan angka tahun 1316 H atau 1906 M,  angka tahun tersebut diduga merupakan angka tahun pembuatan mihrab. Di lokasi masjid tersebut selain bangunan utama terdapat beberapa kolam, yang berada di sebelah barat, selatan, dan timur bangunan masjid. Bangunan utama Masjid Bingkudu menghadap ke arah barat, dan pintu masuk utama di sebelah timur. Denah ruang utama masjid berukuran 21 x 21 meter.
Konstruksi kaki bangunan masjid berupa pondasi beton setinggi 0,4 meter, sedangkan lantai masjid terbuat dari papan kayu surian yang disusun rata membujur arah barat-timur. Di dalam ruang utama masjid terdapat 25 buah tiang. Tiang utama terletak di tengah-tengah ruang utama masjid yang terbuat dari beton berbentuk segi 12 dan berdiameter 1,25 meter. Di sekeliling tiang utama terdapat 24 tiang kayu berbentuk segi 16 yang diameternya berukuran antara 20-45 cm. Di dalam kompleks masjid, terdapat makam seorang ulama yang sangat berpengaruh di daerah ini yaitu Syekh Ahmad Taher yang meninggal pada tanggal 13 Juli 1962.


MAKAM LAREH CANDUANG

Lokasi : Jorong Batu Balantai, Nagari Canduang Koto Laweh, Kecamatan Candung.

Makam ini terletak di kompleks pemakamam Keluarga Tuanku Lareh Canduang dari suku Sikumbang. Dalam kompleks ini terdapat 3 makam Lareh Canduang yaitu (1) Oenus Rj. Lenggang yang menjabat pada tahun 1842 - 1848 M, (2) Makam Thaib bergelar Khatib Sampono dan menjabat pada tahun 1848 - 1857 M, dan (3) Makam Abdul Karim gelar Datuak Panduko Sianso, mulai menjabat pada tahun 1857.

Kompleks makam ini mempunyai denah berbentuk empat persegi membujur dari arah barat ke timur dengan ukuran panjang 51 m, lebar sisi timur 21 m, dan lebar sisi barat 13 m. Pada kompleks makam ini dijumpai beberapa buah makam dengan nisan dari menhir. Orientasi makam utara-selatan, dengan nisan paling besar jiratnya berundak dari bahan batu kali yang direkat dengan semen. Kekhasan nisan-nisan disini adalah bentuk menhir yang sangat sederhana, pipih lebar, dan berukuran besar.

MAKAM TENTARA PELAJAR

Lokasi : Jorong Panji, Nagari Taluak Ampek Suku, Kecamatan Banuhampu.

Tokoh-tokoh yang dimakamkan di sini adalah Sofyan (21 tahun), Dasbi (20 tahun), Hanafi (21 tahun), dan Sihid (26 tahun), adalah tokoh pelajar yang gugur sebagai pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan RI masa Agresi Belanda II pada tanggal 12 Juni 1949.
Makam tokoh pelajar ini berada dalam lokasi Makam Umum Surau Wafid. Makam ini terdapat pada sisi selatan bagian belakang surau.  Makam ini terdapat dalam satu jirat yang berukuran panjang 3.6 m. Nisannya terbuat dari tembok berbentuk dua buah pelana terbalik yang dihubungkan dengan sebuah takikan, berukuran panjang 3,6 m, lebar 3 m, tinggi 0,9 m, dan lebar 15 cm.
Pada bidang tembok di sisi barat terdapat kaligrafi Arab berbentuk lengkung memanjang dan di bawahnya terdapat tulisan ”12 Djuni 49”. Adapun pada tembok sisi timur terdapat kaligrafi Arab dalam bentuk lingkaran. Pada masing-masing bidang tersebut diisi dengan dua buah makam dan pada masing-masing jirat sisi utara (bagian dalam nisan tembok ) nama orang yang dimakamkan.


MAKAM TUANKU NAN TUO

Lokasi : Jorong Koto Tuo, Nagari Balai Gurah, Kecamatan IV Angkek.

Tuanku Nan Tuo adalah seorang tokoh yang berjuang melawan penjajah Kolonial Belanda di Sumatera Barat. Kompleks makam ini keberadaannya di tengah sawah dan telah dipagar dengan pagar kawat berduri. Di dalam kompleks makam ini terdapat dua makam, yaitu makam Tuanku Nan Tuo dan kemenakannya. Makam Tuanku Nan Tuo berukuran 4,7 x 11,7 m dan tinggi jirat 0,4 m.
Jirat makam berupa susunan batu kali dengan orientasi utara-selatan. Nisannya berupa batu menhir tanpa pengerjaan, berbentuk pipih, dan dipasang berhadapan di ujung Utara dan Selatan. Adapun makam kemenakannya berada di sebelah utaranya dengan jirat terbuat dari bahan semen dan nisannya terbuat dari batu alam menyerupai menhir yang ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan nisan Makam Tuanku Nan Tuo


MAKAM PAHLAWAN BABUAI / PAHLAWAN NAN SALAPAN

Lokasi : Jorong Talago, Nagari Balai Gurah, Kecamatan IV Angkek.

Makam Pahlawan Babuai, berada di dalam Kompleks Makam Pasukuan Tanjuang Talago. Kompleks makam ini berukuran 20 x 13 m yang dipagar dengan pagar kawat berduri. Makam Pahlawan Babuai berupa nisan dari bahan bata berspesimen yang berjumlah 8 buah yang dijadikan dalam satu jirat, berukuran 4,75 x 2,63 m dan tinggi 0,45 m. Jirat tersebut dipetak-petak dalam 8 buah kotak (makam) dengan masing-masing petak diberi nisan pada sisi utara.
Nisan-nisan makam tersebut berbentuk dan berukuran sama yaitu tinggi 10 cm, lebar 27 cm, dan tebal 21 cm. Pada bagian tengahnya ditempatkan batu marmer warna hitam bertuliskan nama-nama tokoh pahlawan yang dimakamkan. Pada bagian atas marmer ini dihias dengan gambar senapan dan bambu runcing yang disilangkan dan di tengahnya diberi gambar bintang.
Monumen ini berukuran tinggi 98 cm, lebar 82 cm, dan tebal 21 cm. Tulisan yang digoreskan pada monumen tersebut berbunyi : ”MAKAM PAHLAWAN. GUGUR DALAM PERANG KEMERDEKAAN II. TANGGAL 29 JANUARI 1949”. Di bawahnya dicantumkan kedelapan pahlawan yang gugur, yaitu: Alamsuddin, Basaruddin, Basirman, Masri, Mian, Munir, Musa, dan Umar.  Pada bagian kanan bawah tertulis  : DIPUGAR ATAS PRAKARSA RANTING ANGKATAN 45 KEC. IV ANGKAT CANDUNG. TGL. 10-5-1987.


MAKAM HAJI ABDUL MANAN

Lokasi : Jorong Pakan Sinayan, Nagari Kamang Mudiak, Kecamatan Kamang Magek.

Makam ini dibangun serta diresmikan penggunaanya pada tanggal 15 Juni 1962 oleh Kasad Jendral AH. Nasution, dan diberi nama  “Kompleks Makam Pahlawan Perang Kamang Haji Abdul Manan”. Di dalamnya terdapat 21 makam pahlawan yang meninggal pada saat Perang Kamang tahun 1908 M. Para pahlawan yang dimakamkan di dalam kompleks ini adalah: Haji Abdul Manan, Kari Bagindo, Haji Musa, Kadir St. Bagindo, Ml. Sinaro, Lb. Mudo/ Lb. Kampua, Dt. Batuduang, Udin/Idi, Suid Tk Parit Panjang, Datuk N. Tingap, Sanan Pk. Basa, Dt. Nan Hijau, MI. Saulah, M. Pandeka Mudo, Datuk Pandeka Ade, Deman, Usman, St. Mantari, M. Intan Mudo, Lb. Sutan dan Kadir Bagindo.
Penataan lokasi makam yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya berupa pondasi pagar keliling berukuran panjang 39,5 m lebar bagian selatan 14,5 m, dan bagian utara 18,5 m. Bagian depan diberi pintu gerbang berukuran lebar 3 m, tinggi 2,25 m. Makam Abdul Manan nisannya berupa nisan menhir polos tanpa hiasan.


MAKAM TUANKU NAN RENTJEH

Lokasi : Jorong Bansa, Nagari Kamang Mudiak, Kecamatan Kamang Magek.

Tuanku Nan Renceh adalah tokoh Agama Islam yang disegani masyarakat sepanjang hidupnya, dan beliau adalah seorang Pahlawan Perang Paderi (1821 - 1837).  Kondisi makam saat ini masih terawat dengan baik, dan pada lokasi ini terdapat dua makam, yaitu makam Tuanku Nan Renceh dan orang tuanya bernama Jirahmah. Kedua makam tersebut berdampingan dan berukuran panjang 3,8 m, lebar 2,5 m. Lokasi makam dipagar dengan tembok semen setinggi 1,3 m, lebar 4 m, dan panjang 5,7 m. Luas situs makam berukuran 225 m². Nisan Makam Tuanku Nan Renceh berupa nisan berbentuk menhir, berukuran tinggi 1 m dan lebar 40 cm.


MASJID RAYA KUBANG PUTIH

Lokasi : Jorong Kubang Putiah, Nagari Kubang Putiah, Kecamatan Banuhampu.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat setempat, bangunan masjid ini dibangun pada tahun 1810, berbentuk persegi empat berukuran 23,75 x 21,20 m. Lantai bangunan setinggi 0,75 m dari permukaan tanah, sehingga berkesan membentuk lantai kolong yang tertutup. Atap masjid dari bahan seng berbentuk limas, yang terdiri dari dua susun. Atap bagian atas disangga oleh dinding tembok berbentuk pelipit, dan kemudian di bawahnya disambung lagi dengan atap bagian bawah. Bagian depan atau sarambi berukuran 7,5 x 5 m, sedangkan serambi keliling (kanan-kiri) berukuran lebar 2,5 m yang pada bagian luarnya diberi dinding pagar langkan.
Ruangan utama masjid mempunyai 4 buah tiang utama berbentuk bulat dan berplester pada bagian tengah dan segi empat pada bagian bawah. Sedangkan pada bagian atas berbentuk pelipit candi. Bagian mihrab berukuran 7,8 x 2,5 m yang terdapat dua tiang di tengahnya. Mihrab berada di antara dua tiang tersebut, berukuran 1,5 x 2,85 m, dan tinggi 3 m. Mimbar dibuat dari bahan beton, polos,dan berwarna seperti dinding masjid, yaitu warna putih. Menara masjid berbentuk sama dengan menara Masjid Taluak, tetapi bagian tubuhnya polos tanpa hiasan. Ditinjau dari bentuk atap dan gaya bangunannya tampak sekali pengaruh arsitektur Belanda pada bangunan masjid ini.
Ruangan utama masjid mempunyai 4 buah tiang utama