Translate

Selasa, 11 November 2014

TAMBUA TANSA

Lokasi : Kecamatan Tanjung Raya
Tambua Tansa merupakan alat musik gendang tradisional Minang Kabau. Alat ini di tabuh oleh Minimal 4 (empat ) orang penabuh dengan pakaian adat Minangkabau. 
Selain itu Tambua Tansa biasanya juga di iringi ole alat musik lain seperti Talempong, pupuik tanduak  / sarunai dan juga pupuik batang padi. Dengan alat ini maka bunyi Tambua Tansa  akan semakin ramai.




Tambua  yang terbuat dari tabung kayu berukuran besar. Tingginya sekitar 40 – 50  cm dengan garis tengah  35 – 45 cm. Untuk ketebalan kayu dapat divariasi agar tercipta bunyi-bunyian yang berbeda. Namun, biasanya berukuran 1,5 sentimeter sehingga terdengar bunyi nyaring dari kapsul kayu itu.

Tabung itu ditutup dengan kulit kambing pada kedua sisi yang dikencangkan lilitan tali.
Tansa berupa bejana berbentuk kuali dengan diameter 14 inch. terbuat bahan alumunium yang permukaannya ditutup kulit tipis, pada awal perkembangan tambua tansa dipakai kulit kijang, namun sesuai dengan perkembangan zaman, kulit kijang sudah mulai tidak pakai lagi, saat ini tansa memakai mika plastic / drum head. Alat ini digunakan sebagai pemandu pukulan pemegang Tambua juga sebagai komando dalam pergantian lagu, mulai dan selesai. "Kalau didengar, perpaduan dua alat musik itu tercipta paduan bunyi yang harmoni ( serasi, seimbang, selaras, senada dan seirama). Tambua Tansa berfungsi untuk mengumpulkan orang banyak, biasanya pada acara gorong royong, alek nagari, dalam alek ( pesta ) perkawinan, tambua tansa begitu penting, sebagai penyemarak suasana. Suasana alek akan terasa hambar tanpa gemuruhnya bunyi tambua tansa.

Tambua Tansa juga dimanfaatkan untuk menyambut tamu kehormatan. Biasanya dalam kunjungan pejabat ke daerah. Di Kabupaten Agam, Tambua Tansa pertama kali berkembang di Batu Hampa Kecamatan Lubuk Basung, dikarenakan masyarakat Batu Hampa mayoritas berasal dari Salingka Danau Maninjau, Tambua Tansa mulai di kenal oleh masyarakat di Kecamatan Tanjung Raya.
Bahkan saat ini Tambua Tansa berkembang pesat dan membudaya di masyarakat salingka Danau Maninjau bila di bandingkan di Batu Hampa dan daerah lain seperti Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Matur, Kecamatan Palembayan,  Kecamatan Malalak, Kecamatan Baso dan Kecamatan Palupuh.



Tambua Tansa di Kabupaten Agam mempuyai beragam lagu dan motif pukulan seperti : 



1. Lagu Wajib :

Lagu Atam terbagi menjadi
a.    Atam Sikapak
b.    Atam Pariaman

2. Lagu Pilihan  :

a.    Sikapak Bayang dengan  6  tanggak / motif pukulan.
b.    Panggang Kakok dengan  7  tanggak / motif pukulan..
c.    Siamang Tagagau dengan 7 tanggak / motif pukulan.
d.    Rapaih dengan …tanggak / motif pukulan.
e.    Tokok Balua dengan 8 tanggak / motif pukulan.
f.     Puta Dadu dengan 6 tanggak / motif pukulan.
g.    Drumband dengan 6 tanggak / motif pukulan.
h.    Duo Baleh dengan 12  Tanggak / motif pukulan.
i.     Madayan dengan 4 tanggak / motif pukulan.
j.     Mars sabaleh dengan 11 tanggak / motif pukulan

3.    Lagu Bebas

a.    Tokok Aguang
b.    Tokok Lasuang
c.    Oyak Tabuik
d.    Dll.

SIMUNTU

Lokasi : Kecamatan Tanjung Raya

Tidak ada yang tahu dari mana dan siapa yang mencetuskan apa itu simuntu. Ada kemiripan dengan tradisi Halloiueen di negeri Barat sana. Bedanya, dandanan anak-anak bule itu merefleksikan berbagai hantu yang menyeramkan
sedang-kan simuntu justru menunjukkan kreativitas Anak Nagari Salingka Danau Maninjau Kec. Tanjung Raya Kabupaten Agam Sumatera Barat dalam memposisikan hantu sebagai penyenang hati.




Kehadiran simuntu mengajarkan kepada anak-anak bahwa hantu itu tak ada. Yang ada hanya sebuah sosok yang didandani sejelek mungkin. Sehingga, esensi rasa takut bagi anak-anak teralih kepada sesuatu yang nyata.
Festival simuntu biasanya dilakukan setelah salat Idul Fitri atau Idul Adha dengan ritual rias yang menyeramkan bagi anak-anak, namun mengundang senyum para orang tua yang melihat anak-anak berpakaian seram datang ke rumah-rumah mereka

Biasanya seluruh tubuh simuntu dibungkus daun kering ( Ijuak, Karisiak dan lain-lain). Anak-anak merangkainya menjadi pakaian utuh, mulai baju hingga celana
Tak sedikit pun bagian tubuhnya yang kelihatan. Sementara mukanya ditutupi dengan topeng yang dibuat dari kertas kardus bekas yang kemudian dilukis seseram mungkin. Misalnya dengan menampilkan wajah binatang seperti serigala, atau sosok lain yang mereka bayangkan. Tapi, beberapa simuntu ada yang memakai sebo, penutup kepala.




Setelah selesai berdandan, simuntu akan diarak teman-temannya. Sambil menabuh empat sampai sembilan tambur dan tansa, mereka mendatangi rumah-rumah penduduk. Jalan mereka dibuat seperti gorila raksasa diiringi tarian jenaka.
Jika telah mendengar bunyi tambur bertabuh-tabuh, orang-orang akan berdiri di pintu memegang uang receh. Saat sampai di pintu sebuah rumah, simuntu akan menari-nari sehingga melahirkan suara gesekan bulu-bulunya yang lebat. Tarian itu berlangsung sampai si empunya rumah memasukkan uang receh ke kantong plastik besar yang tergantung di leher Simuntu.

Festival arak-arakan simuntu menambang, minta sumbangan, dimulai dari kantor wali nagari. Semua perkakas seperti tambur, tansa, akan disimpan di kantor pemuda, untuk dipakai esok hari. Setiap hari biasanya ada empat sampai enam simuntu yang memeriahkan lebaran. Mereka mendatangi setiap rumah meminta sumbangan, dan biasanya uang terkumpul digunakan untuk kegiatan kepemudaan, masjid, atau membantu masyarakat yang terkena musibah


TALEMPONG AGUANG / UWAIK-UWAIK

Lokasi : Kecamatan Tanjung Raya

Talempong Aguang atau Talempong Uwaiak - Uwaiak adalah seni tradisi Kabupaten Agam yang sudah mulai langka, seni ini  hanya dapat di temui di Enam Koto Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam ( Nagari Koto Kaciak, Koto Malintang, Koto Gadang, Paninjauan dan Duo Koto ) dan beberapa daerah di Kecamatan lain seperti Kecamatan Matur dan Palembayan.
Peralatan yang di gunakan pada talempong aguang ini seperti 5 – 6 Buah , 1 buah Aguang / Gong,  Gendang dan peralatan pendukung lain seperti Lesung, Botol atau peralatan dapur lainnya.




Gong (aguang dimainkan dengan menggunakan dua alat penabuh, pertama metal seperti sendok makan atau kayu dan penabuh lainnya adalah buah nangka yang berukuran lebih dari satu kepalan tangan, Pola permainan 1 buah gong dalam ensambel talempong duduak ini membuat pola ritme sendiri yang dapat digunakan hampir untuk semua repetoar. Yang menarik dan spesifik adalah perkawinan hasil bunyi penabuh sendok dan buah nangka mengesankan ada dua buah gong yang dimainkan.)

Alat musik pengiring yang agak spesifik hadir dalam ensambel talempong Aguang  memperkuat ritme gendang dan melodi talempong. Dalam hal ini, ritme Alat musik pengiring sejalan dengan ritme gendang serta melodi talempong. Alat musik botol yang digunakan dalam ensambel lebih bersifat pengatur tempo, sedangkan gong memberi tekanan pada ritme gendang.

Talempong Aguang biasa di mainkan untuk penyemarak Alek Perkawinan dan ini pun biasaya di mainkan oleh kaum ibu ( Uwaiak – Uwaiak ) sembari memasak di dapur / tungku sambil menunggu nasi dan sambal masak, mereka bergembira sambil menari dan bercanda ria dengan menggunakan properti peralatan dapur menambah riuh permainan talempong aguang ini.

Tiap daerah di Enam Koto mempunyai lagu talempong yang berbeda, seperti Cancang Rabuang, Ratok Tirama, Singgalang Jaya dan lain sebagainya. Untuk melestarikan seni tradisi ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Agam mengadakan festival atau pertandingan Talempong Aguang agar seni ini tidak hilang dan kembali memasyarakat di Kabupaten Agam


TAMBUA PUPUIK BATANG PADI

Lokasi : Kecamatan Tanjung Raya.

Tambua Pupuik Batang Padi merupakan alat musik gendang tradisional Minang Kabau khusunya di Kabupaten Agam. Tambua Pupuik Batang Padi dimainkan oleh Minimal 10 (sepuluh) orang penabuh dengan pakaian adat Minangkabau.



Peralatan yang digunakan dalam Tambua Pupuik Batang Padi adalah :

1.        Tambua minimal 7 (tujuh ) buah.

Tambua terbuat dari tabung kayu berukuran besar. Tingginya sekitar 40 – 50  cm dengan garis tengah  35 – 45 cm. Untuk ketebalan kayu dapat divariasi agar tercipta bunyi-bunyian yang berbeda. Namun, biasanya berukuran 1,5 sentimeter sehingga terdengar bunyi nyaring dari kapsul kayu itu. Tabung itu ditutup dengan kulit kambing pada kedua sisi yang dikencangkan lilitan tali.
Dalam setiap permaianan, bila tambua  berjumlah 7 buah , maka 4 buah tambu  di pukul dengan nada dasar ( umpang – umpang ), dan 3 tambua di pukul untuk meningkah, bila tambua  berjumlah 9 buah , maka 5 buah tambua  di pukul dengan nada dasar ( umpang-umpang ), dan 4 tambua di pukul untuk meningkah.
Menurut pameo orang tua dulu, jumlah tambua tidak boleh genap melaikan ganjil.

2.        Talempong  2 (dua ) pasang.

adalah sebuah alat musik pukul khas suku bangsa Minangkabau. Bentuknya hampir sama dengan instrumen bonang dalam perangkat gamelan. Talempong dapat terbuat dari kuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu. Saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak digunakan. Talempong ini berbentuk bundar pada bagian bawahnya berlobang sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai tempat untuk dipukul. Talempong memiliki nada yang berbeda-beda. Bunyi dihasilkan dari sepasang kayu yang dipukulkan pada permukaannya.

3.        Kitak / Gadabiak.

Sejenis rapaih / rebana namun berbeda biasanya, bubutan kayu pada kitak serta ketebalan tabung agak lebih dibanding dengan rebana.

4.        Pupuik Batang Padi.



Alat tiup yang terbuat dari jerami yang dibuat khusus, untuk pelantang suara pupuik digunakan jalinan daun kelapa berbentuk kerucut ( seperti terompet ). Pupuik ini merupakan komando mulai dan selesai serta mengatur tempo permainan tambu untuk menciptakan permainan yang harmoni.
Tambua Pupuik Batang Padi biasa digunakan  untuk Maharak Anak Daro / Marapulai pada prosesi adat perkawinan di Kabupaten Agam. Tambua ini tidak dimiliki oleh seluruh  kecamatan yang ada di Kab. Agam. Cabang seni ini hanya dapat di Jumpai di Kecamatan Tanjung Raya, Matur dan Palembayan.


LUBANG JEPANG (BUNKER) SUNGAI SARIAK

Lokasi : Jorong Sungai Sariak, Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Baso.

Bangunan ini berada  sekitar 15 m dari sisi Selatan jalan raya Baso – Bukittinggi. Tepatnya berada di seberang jalan SMP Negeri I Baso. Bentuk bangunan seperti bentuk banteng Jepang Tiku I, tetapi tidak teratur sudut-sudutnya. Pada bagian yang menonjol merupakan pintu masuk, berada di sisi barat laut. Ukuran bagian terpanjang dari pintu masuk sampai sudut paling belakang adalah 9 m dan bagian terlebarnya 7,5 m dengan tinggi permukaan yang sekarang 1,5 m pada bagian depan (pintu). Pintu masuk berukuran tinggi 1,3 m, lebar 2 m, dan tebal dinding pintu 0,3 m. Untuk masuk ke ruangan dalam harus membungkuk karena tingginya sama dengan tinggi pintu masuk. Dari pintu masuk berjarak 1,3 m ke arah kanan terdapat sebuah ruangan tertutup dengan pintu masuk berukuran lebar 0,8 m. Ruangan kecil ini berukuran 2x1,5 m.
Ruangan dalam merupakan satu kesatuan dengan lorong pintu masuk berupa ruangan terbuka dengan panjang dari pintu masuk sekitar 5,5 m dan lebar 4 m. Bentuk ruangan menyudut tidak baraturan. Pada bagian belakang terdapat lubang dengan ukuran dalam (tebal) 1 m, panjang 2, 9 m, dan tinggi 0,55 m. Lubang ini dipisahkan oleh sebuah dinding yang berada di tengah agak ke belakang yang juga merupakan bagian yang menonjol dari bangunan utamanya.
Ukuran bagian yang menonjol adalah panjang 0,9 m dan lebar 0,6 m (pada bagian yang sempit sejajar dengan dinding bangunan), dan 0,8 m (pada bagian yang lebar/paling ujung). Tinggi bagian yang menonjol dari permukaan tanah yang sekarang adalah 1 m. Pada bagian sudut yang sejajar dengan dinding pada sisi kanan dan kiri, masih tersisa lubang bekas tiang kayu. Demikian juga pada pintu masuk, pintu ruang bilik, dan sudut-sudut bangunan sisi dalam.


Masjid Raya Bayur (Bayua) Maninjau



Masjid Raya Bayur merupakan salah satu masjid tua yang terdapat di sekitar Danau Maninjau. Terletak di jorong kenagarian bayur, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatra Barat yang dibangun pada awal abad ke-20.
Untuk akses kesana pengunjung bisa menggunakan mobi, ataupun motor. Lokasi masjid ini tidak begitu jauh dari jalan raya yang menghubungkan Kota Lubuk Basung (Ibu Kota Kabupaten Agam) dengan Kota Bukittinggi.



Kalau jarak dari bukittingi sekitar 60 km, dan jarak dari lubuk basung (ibu kota kabupaten agam) 20 km. Sedangkan jarak dari Bandar udara Internasional Minangkabau (BIM) 96 km.
Pada awal tahun 2000 masyarakat setempat merenovasi mesjid secara menyeluruh. Keistimewaan mesjid ini setelah di renovasi, bangunan mesjid ini nampak indah dengan perpaduan dengan arsitektur pagota yang ada di thailand dan gonjong rumah gadang bagunan khas masyarakat minangkabau.


Pesona lain yang dapat di nikmati oleh pengunjung adalah hamparan indah pemandangan pesona danau maninjau. Sembari berkunjung ke mesjid raya bayur, para pengunjung juga bisa menyempatkan diri melihat dari dekat keindahan danau maninjau atau menyaksikan aktivitas para nelayan di kala pagi dan sore hari.